Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Sejarah Penulisan Alquran Pada Masa Nabi Muhammad SAW

Kronologis penulisan Wahyu periode pertama atau sejarah penulisan Wahyu dalam Islam muncul karena banyak sahabat penghafal Alquran yang syahid di medan pertempuran. Hal tersebut menimbulkan kekhawatiran kelak sang penghafal Alquran makin tidak ada. 

Maka tercetuslah untuk menuliskan Wahyu, sehingga Wahyu yang diingat oleh setiap rekan saat mereka meninggal tidak hilang dalam waktu (Fajriudin, 2018, hal. 62). Lantas bagaimana sejarah penulisan alquran pada masa nabi, simak selengkapnya.

Sejarah penulisan alquran. Gambar oleh Joko Narimo dari Pixabay

Sejarah mencatat bahwa pada masa awal Islam, orang-orang Arab tempat diturunkannya Al-Qur'an tergolong  buta huruf. Sangat sedikit dari mereka yang bisa menulis dan membaca dengan baik. Mereka tidak mengenal kertas, seperti yang disebut sekarang. Bahkan Nabi Muhammad sendiri dinyatakan sebagai nabi ummi, artinya beliau tidak pandai membaca dan menulis. 

Buta huruf bangsa Arab pada saat itu dan ke-ummi-an Nabi Muhammad Saw secara jelas dinyatakan dalam Al-Qur'an surah al Jumu`ah ayat 2. Yaitu yang artinya: Dialah (Allah) yang mengutus kepada kaum yang buta huruf, seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka alKitab (al-Qur’an) dan hikmah; dan sesungguhnya mereka itu sebelumnya benar-benar (berada) dalam kesesatan yang nyata (Q. S al-Jumu’ah: 2).

Meski bangsa Arab masih tergolong buta huruf pada awal turunnya Al-Qur'an, namun mereka dikenal memiliki daya ingat (ingatan) yang sangat kuat. Mereka terbiasa menghafal berbagai syair arab dalam jumlah besar.

Dengan demikian, pada saat turunnya Al-Qur'an, Nabi menganjurkan agar Al-Qur'an dihafal, dibaca selalu, dan wajib dibaca dalam shalat (S, 1992, hal. 29). Untuk penulisan Al-Qur'an, Rasulullah SAW menunjuk sejumlah sahabat yang bertanggung jawab untuk mencatat secara tertulis semua yang diturunkan kepada Rasulullah SAW. Diantaranya adalah Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka`ab dan beberapa  lainnya (Marzuki, 1994, hal. 67). 

Adapun alat yang digunakan untuk menulis wahyu pada saat itu masih sangat sederhana. Para sahabat menulis al-Qur’an pada ‘usub (pelepah kurma), likhaf (batu halus berwarna putih), riqa’ (kulit). Ada juga yang menggunakan aktaf (tulang unta) dan aqtab (bantalan dari kayu yang biasa dipasang di atas punggung unta) (Marzuki, 1994, hal. 67). 

Salah satu sahabat yang paling banyak terlibat dalam penulisan Al-Qur'an pada masa Nabi adalah Zaid bin Tsabit. Untuk menghindari kerancuan karena tercampurnya ayat-ayat Al-Qur'an dengan yang lainya, misalnya hadist. Rasulullah tidak mengizinkan seorang teman untuk menulis apa pun selain Al-Qur'an. 

Larangan Rasulullah untuk tidak menuliskan selain al-Qur’an ini, oleh Dr. Adnan Muhammad, yang disebutkan oleh Kamaluddin Marzuki dalam bukunya, dipahami sebagai suatu usaha yang sungguh-sungguh untuk menjamin nilai akurasi (keakuratan) al-Qur’an (Marzuki, 1994, hal. 68). Setiap kali sebuah ayat Al-Qur'an diturunkan, Rasulullah memanggil juru tulis wahyu dan memerintahkan sahabatnya untuk mencatat, menempatkan dan mengaturnya sesuai dengan petunjuknya. 

Pada masa Rasulullah, keseluruhan al-Qur’an telah ditulis, namun masih belum terhimpun dalam satu tempat artinya masih berserak-serak. Mengingat masa itu belum dikenal pembukuan, maka tidak heran jika pencatatan al-Qur’an bukan dilakukan pada kertas-kertas seperti dikenal pada zaman sekarang. Namun dicatat pada benda-benda yang mungkin digunakan sebagai sarana tulis-menulis seperti disebutkan sebelumnya. 

Sebelum wafat, Rasulullah mencocokkan Al-Qur'an yang diturunkan Allah kepada Beliau dengan al-Qur’an yang dihafal para hafizh, surat demi surat, ayat demi ayat (lbyariy, 1993, hal. 70). Maka al-Qur’an yang dihafal para hafizh itu merupakan duplikat al-Qur’an yang dihafal oleh Rasulullah Saw. 

Maka, pada masa Rasulullah SAW terungkap tiga faktor yang berkaitan dengan pemeliharaan Al-Qur'an, yaitu: Hafalan dari para hafizh, naskah yang ditulis untuk nabi dan naskah-naskah yang ditulis oleh mereka yang pandai menulis dan membaca untuk mereka masing-masing.

Posting Komentar untuk "Sejarah Penulisan Alquran Pada Masa Nabi Muhammad SAW"